Senin, 21 Juli 2008

MANFAAT MAKAN MALAM BERSAMA

Republika, 21 Juli 2008

Mulai Makan Bersama Keluarga Sekarang


Kebiasaan makan bersama keluarga manfaatnya tidak dapat diremehkan. Sebuah penelitian membuktikan, terutama makan malam bersama keluarga dapat mencegah remaja dari penggunaan obat-obatan terlarang, alkohol dan merokok.

Hal itu juga dapat melindungi mereka dari stres, asma dan pola makan yang salah. Serta mendorong anak mencapai nilai baik dalam membaca.

Kaitan antara kebiasaan makan malam bersama dan perkembangan anak yang ideal sebenarnya lebih rumit dari yang dipahami sebelumnya. Makan malam bersama sangat bermanfaat karena orangtua bersama anak-anak secara bersamaan juga memperkaya kejiwaan.

Manfaat bukan terletak pada proses makan, tapi lebih pada kualitas komunikasi yang dilakukan di meja. Bisa berupa tanya jawab, memberikan pujian dan menceritakan kisah yang mengarah pada pelajaran yang berguna sebagai sumber informasi.

Sebuah studi yang dilakukan baru-baru ini mengungkap, kebiasaan makan malam bersama juga sangat baik untuk orangtua. Pemimpin penelitian Janet Jacob dari Brigham Young University menemukan diantara 1.580 pasang orangtua yang bekerja mengatakan, waktu kerja yang kerap tersita oleh makan malam keluarga justru mendatangkan perasaan sukses serta tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dengan pasangan dan anak-anak.

Para orangtua termasuk ayah dan ibu, cenderung memiliki perasaan senang jika mereka bisa pulang tepat waktu secara teratur, meskipun mereka bekerja dalam waktu yang lama. Sebaliknya, orangtua yang jarang makan bersama di rumah karena pekerjaan kerap kali merasa ragu dengan pekerjaannya di masa depan.

“Yang patut diperhatikan, meskipun lamanya jam kerja dipersepsikan sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan kerja, namun terpotongnya jam kerja oleh kebiasaan makan malam bersama keluarga tidak akan menurunkan kesuksesan kerja,” ujar Jacob.

Seperti diungkapkan oleh Profesor Hukum Cameron Stracher dalam bukunya Dinner with Dad: How I Found My Way Back to the Family Table. Dia mengaku, mengambil beberapa pekerjaan sekaligus untuk membiayai tempat tinggal keluarganya yang mahal. Hal itu menyebabkannya selalu bepergian setiap minggu.

“Setiap kali saya pulang sekitar tengah malam, kemudian bangun lagi pukul 6.30 pagi untuk mengajar. Hal itu sangat melelahkan. Saat saya pulang, semua orang sudah tidur. Pada suatu malam ketika saya duduk di dapur yang gelap, saya berpikir harus menghentikan kebiasaan itu. Saya sangat depresi,” papar Stracher.

Kini dia mengaku, menyisihkan waktu untuk makan malam 4-5 kali seminggu. Waktu makan malam menjadi bagian dalam kelurganya. “Ketika saya pergi di pagi hari, anak saya akan ertanya, apakah saya pulang terlambat atau lebih cepat. Jika saya bilang pulang cepat, maka dia akan bertanya saya akan memasak apa. Kehidupan keluarga kami sudah berubah banyak,” terangnya.

Sebagai orangtua, tidak ada salahnya sesekali menyengaja pulang cepat demi meluangkan waktu untuk makan malam bersama. Mungkin juga Anda bisa mencari pekerjaan paruh waktu yang lebih fleksibel untuk saat berkualitas bersama keluarga. (berbagai sumber/rin)
Republika, 21 Juli 2008
Presiden Bisa Keluarkan Dekrit
Cendekiawan Ridwan Saidi menyatakan, presiden dapat mengeluarkan dekrit untuk menyelamatkan negara meski kewenangannya di bawah Mahkamah Konstitusi. Dekrit bisa dikeluarkan presiden jika keberadaan UUD 1945 hasil amendemen dan pelaksanaannya menjurus dapat membahayakan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
''Berpijak pada Pasal 9 UUD 1945, presiden dapat melakukan tindakan penyelamatan negara, dalam rangka memegang teguh UUD dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya,'' tegas tokoh Betawi dan mantan angota MPR/DPR itu, dalam `Silaturahim Cendekiawan Indonesia: Refleksi 63 tahun NKRI', di Jakarta, Ahad (20/7).
Dalam acara itu, sejumlah tokoh senior hadir, antara lain Kwik Kian Gie, Tyasno Sudharto, Achadi, Hartojo Winjowijoto, I Gde Djaksa, dan Amin Aryoso.Perubahan UUD 1945 sebanyak empat kali, menurut Ridwan, mengandung pengaturan kelembagaan tinggi negara yang rancu. Ridwan Saidi mengambil contoh kewenangan Mahkamah Konstitusi (MK) yang melebihi presiden dan DPR, sedangkan kewenangan DPR memasuki ranah eksekutif. Ridwan juga berpendapat, Dekrit Presiden Soekarno pada 5 Juli 1959 tentang kembali kepada UUD 1945, sebenarnya masih tetap berlaku. Karena itu, dekrit bisa saja tak perlu dikeluarkan untuk memberlakukan dekrit sebelumnya, karena Keppres 150/1959 masih tetap berlaku dan tidak dikeluarkan dari Lembaran Negara.
Akan tetapi, jika dekrit dikeluarkan, alasan kuatnya adalah berdasarkan UUD 1945 Perubahan tidak ada lagi lembaga tertinggi negara. MPR yang dulu sebagai lembaga tertinggi, kini berstatus lembaga negara yang punya kedudukan setara dengan lembaga kepresidenan. Oleh karena itu, dalam kedudukannya sebagai kepala negara maka presiden berhak mengeluarkan dekrit demi penyelamatan negara. Sedangkan, diktum dekrit pun mestinya bersahaja, yaitu menyatakan UUD 1945 Perubahan tidak berlaku.
Proses perusakanSementara itu, mantan menko Perekonomian Kwik Kian Gie juga berpendapat, delapan tahun era reformasi ternyata membuahkan proses perusakan. Indonesia tidak lagi nation state, tetapi sudah menjadi corporate state yang membuat hampir semua perusahaan di Indonesia bisa dimiliki pihak asing.''Tapi, masalahnya adalah bagaimana rakyat bisa digerakkan dalam melaksanakan revolusi untuk memberlakukan kembali UUD 1945. Sebab, selama ini rakyat acapkali dikecewakan sehingga mereka apatis,'' ujar Kwik.Untuk itulah, tegas Kwik, para kader bangsa harus melakukan pencerahan agar rakyat kembali sadar bahwa mereka punya hak dan kewajiban terhadap bangsa dan negara.zam/ant
Republika, 21 Juli 2008
Hindari Nyut-nyut Gigi Sensitif
Jika rasa linu atau nyeri menghinggapi gigi Anda saat minum air dingin atau panas. Mungkin saja gigi Anda termasuk gigi sensitif. Cara menyikat gigi yang benar dengan sikat gigi yang lembut dapat menjadi langkah yang tepat untuk menghindari nyut-nyut gigi sensitif.
Hal itu ditekankan oleh Van B. Haywood, D.M.D., associate professor dari University of North Carolina School of Dentistry.“Mungkin yang menjadi penyebab yang paling banyak ditemui dari gigi sensitif ialah terlalu kerasnya penggunaan sikat gigi. Hal ini mengakibatkan menipiskan lapisan enamel,” tegas Haywood.
Dia menerangkan,kebanyakan orang menggosok dengan keras ke arah belakang dan depan seperti menggergaji pohon. Biasanya orang hanya menggosok setengah bagian dari gigi saja. Hal tersebut bisa terlihat dari bentuk gigi. Haywood menambahkan, bagi sebagian orang maka tekanan menyikat gigi paling keras dilakukan pada saat awal dan diakhiri ketika seseorang merasa dia sudah menyikat seluruhnya.
”Secara tipikal, Anda akan mulai menyikat gigi di tempat yang sama setiap saat. Tempat Anda memulai biasanya justru tempat yang paling sensitif. Anda dapat melihat bagi orang yang menggunakan tangan kanan akan mengeluh mengenai gigi yang sensitif di bagian atas gigi, karena disitulah mereka mulai menyikat gigi,” paparnya.
Oleh karena itu, Haywood merekomendasikan untuk menyikat gigi dari bagian belakang gigi bawah. Pasalnya, bagian tersebut merupakan bagian didalam mulut yang paling sulit dijangkau sehingga paling mudah terbentuk tartar yaitu plak yang mengeras.
”Jadi Anda akan memulai acara menyikat gigi Anda terutama di daerah yang paling sulit,” ujarnya sambil menambahkan menyikat gigi dengan tekanan yang tidak terlalu keras akan mencegah penipisan gusi yang seringkali menjadi penyebab gigi sensitif. Haywood juga mengatakan bahwa makanan atau minuman yang mengandung asam seperti tomat, lemon atau minuman yang berkarbonasi akan cenderung mengurangi enamel dari gigi sehingga gigi lebih sensitif terhadap perubahan suhu.
”Sebagian orang mendapatkan gigi sensitif secara musiman karena biasanya pada musim panas mereka banyak makan tomat atau minum lemon. Sementara, minuman berkarbonasi dapat mengakibatkan kerusakan jangka panjang pada gigi, karena mereka bersifat asam sehingga dapat menjadi ancaman terhadap perlindungan gigi Anda,” jelas Haywood.
Namun, jika Anda baru saja mengadakan perawatan gigi, maka kemungkinan besar akan mengalami sensitivitas terhadap makanan atau minuman yang terlalu dingin atau panas.
Menurut Lisa P. Germain, D.D.S., M.Sc.D., yang berpraktek di New Orleans, Amerika Serikat, hal ini tergolong normal. Biasanya rasa tidak nyaman akibat gigi yang terlalu sensitif ini akan hilang dalam beberapa minggu.
”Hal ini berarti bahwa lapisan didalam gigi sedikit terpengaruh sehingga memerlukan waktu untuk kembali normal,” ujar Lisa. Jika rasa sakit tersebut tidak hilang dalam beberapa minggu, lanjutnya, segera temui dokter gigi atau spesialis akar gigi atau endodontist karena kemungkinan hal ini mempengaruhi saraf gigi. (berbagai sumber/rin)
Republika, 21 Juli 2008
Stimulasi Musik Untuk Kecerdasan Anak

Alasan mendengarkan musik antara lain untuk membantu mengatasi kebosanan atau melepaskan stres. Sebenarnya alunan nada itu juga bisa berfungsi sebagai stimulasi yang dapat mempengaruhi kecerdasan anak.
Getaran musik yang masuk melalui telinga serta mempengaruhi kejiwaan, juga melalui neuron di otak. Ahli saraf dari Harvard University, Mark Tramo, M.D. mengatakan bahwa didalam otak manusia, jutaan neuron dari sirkuit secara unik menjadi aktif ketika kita mendengar musik. Neuron-neuron ini menyebar ke berbagai daerah di otak, termasuk pusat auditori di belahan kiri dan belahan kanan. Rupanya mulai dari sinilah kaitan antara musik dan kecerdasan terjadi.
Bukan berarti orangtua harus membelikan anaknya alat-alat musik yang super mahal untuk si kecil. Orangtua juga tak wajib mendominasi rumah dengan komposisi dari para komposer ternama dunia yang rumit. Awalnya, biarkan musik menghiasi ruang di sekitar anak-anak. Putarkan lagu di radio lalu orangtua dapat ikut bernyanyi bersama si kecil.
Pendidik neuroscience dan penulis buku Early Childhood Connections: The Journal of Music and Movement-Based Learning, Dr. Dee Joy Coulter mengaktan, melalui kegiatan bermain dan mendengar musik, anak dapat memperoleh manfaatnya. Dia mengklasifikasikan lagu-lagu, gerakan dan permainan anak sebagai latihan untuk otak yang brilian, yang mengenalkan anak pada pola bicara,keterampilan-keterampilan sensory motor dan strategi gerakan yang penting.
Tak hanya perkembangan bahasa dan kosa kata anak meningkat melalui permainan yang mengandung musik, namun juga logika dan keterampilan-keterampilan beriramanya. Logika membuat anak nantinya mampu mengorganisasi ide dan mampu memecahkan masalah. Berbagai manfaat yang didapat dari musik, pendidikan prasekolah pun menggunakan musik sebagai bagian dari proses pendidikan.
Pakar pendidikan musik dari Ohio of State University, AS, Jim McCutcheon M.M.Ed dalam artikelnya Private Music Lesson for Kids memaparkan, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan orangtua sebelum mengajak si kecil belajar di kelas musik yaitu perkembangan mental dan fisik anak. Teliti apakah rentang perhatian si kecil bisa lebih dari 2 menit. Pada tahun awal, anak setidaknya memiliki kemampuan mendengarkan, memperhatikan dan mengikuti arahan yang diberikan selama 15-30 menit.
Kemudian, McCutcheon juga menyarankan orangtua agar memperhatikan alat musik yang dimainkan telah sesuai perkembangan usia anak. Seperti terompet yang tidak sesuai untuk anak usia di bawah 10 tahun. Lebih sesuai jika anak usia tersebut diberikan latihan piano, gitar, biola dan alat musik perkusi. Ia juga meminta orangtua agar seksama melakukan pemilihan guru musik, sedapat mungkin pilih guru yang mahir berinteraksi dengan anak-anak
“Pertimbangkan juga, apakah orangtua juga bisa meluangkan waktu untuk melihat anak berlatih musik. Dengan demikian, orangtua bisa melihat perkembangan dan potensi anak di bidang alat musik tersebut,” ujarnya.(berbagai sumber/rin)

Rabu, 04 Juni 2008

ADAB BERNASEHAT

Republika, Selasa, 03 Juni 2008



Rasulullah SAW biasa menggelari para sahabatnya dengan gelar yang baik sesuai dengan karakter dan sifat-sifat mereka. Abu Bakar digelari Asshiddiq karena keyakinannya yang kuat dalam membenarkan ucapan Nabi. Umar dijuluki Alfaruq karena ketegasan sikapnya dalam membedakan yang haq dan yang batil. Hamzah digelari 'Singa Padang Pasir' dan Khalid bin Walid dijuluki 'Pedang Allah'.

Ketika Rasulullah melihat kecenderungan karakter Abu Dzar Al Ghifari yang radikal, suatu hari Beliau bertanya, ''Wahai Abu Dzar, bagaimana pendapatmu bila menjumpai para pembesar yang mengambil barang upeti untuk dirinya sendiri?'' Abu Dzar menjawab, ''Demi yang telah mengutus Anda dengan kebenaran, akan saya tebas mereka dengan pedangku.'' Rasul berkata, ''Maukah kamu aku beri pelajaran yang lebih baik dari itu?'' ''Apakah itu, ya Rasul?'' Beliau bersabda, ''Yaitu, bersabarlah sampai kamu menemuiku terlebih dahulu.''

Ketika Abu Dzar melihat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, hampir ia mengeluarkan pedangnya untuk memperbaiki keadaan hingga ia teringat pesan Rasul. Maka, ia memilih menggunakan lisannya untuk menasihati dan memperbaiki apa yang bisa diperbaiki dan bersabar terhadap apa yang belum bisa diperbaiki.

Menasihati untuk memperbaiki keadaan adalah mulia. Tapi, kebaikan itu bisa menjadi buruk apabila tidak disampaikan secara benar. Ada adab-adab yang harus dipenuhi, di antaranya dengan tutur kata lembut dan kata-kata yang manis.

Si penerima nasihat, apalagi dengan posisinya yang tinggi sebagai pemimpin atau orang yang berpengaruh, hendaknya tidak pula menganggap nasihat atau bentuk lainnya berupa teguran, masukan, dan kritik sebagai sebuah serangan bagi eksistensi dirinya. Bagi seorang mukmin sejati, sepahit apa pun nasihat kalau itu benar dan jujur, haruslah ditanggapi sebagai sebuah bentuk perhatian yang berharga. Bersikaplah merendah ketika menerima nasihat dan masukan serta kritik, dengan menerima kejujuran yang keluar dari lisan penasihat tersebut.
Seorang sahabat pernah mengatakan pada khalifah Umar Ibnu Khaththab bahwa ia akan meluruskan khalifah dengan pedang bila didapatinya penyimpangan pada Umar. Umar menerima sikap tegas itu dengan gembira karena baginya itu bukan ancaman, tapi nasihat yang tajam dan tegas agar tak terjadi penyimpangan dan penyelewengan dalam kepemimpinannya.

(Ridho Adriansyah )

Senin, 02 Juni 2008

BERPIKIR DAN BERTINDAK DEMI HARI ESOK

Republika, Senin, 29 Maret 2004


Jika Anda lebih menginginkan keberhasilan, Anda dapat memilikinya. Masa depan Anda dapat menjadi lebih cerah daripada semua yang Anda inginkan. Karena cara berpikir Anda mencerminkan cara Anda bertindak. Dan cara Anda bertindak menentukan bagaimana masa depan yang akan terbentang di depan Anda. (Vernon Howard).

Pada suatu hari Bahlul sedang berjalan-jalan di sebuah jalan di kota Basrah. Tiba-tiba, ia melihat anak-anak tengah bermain dengan buah kemiri dan pala. Namun, di sana ada seorang anak yang hanya menonton teman-temannya sambil menangis. Bahlul menghampirinya dan berkata dalam hati, "Anak ini bersedih karena tidak memiliki mainan seperti yang dimiliki oleh anak-anak yang lain." Kemudian Bahlul berkata kepadanya, "Anakku, mengapa kamu menangis? Maukah aku belikan buah kemiri dan pala, sehingga kamu dapat bermain dengan teman-temanmu?"
Anak itu menatap Bahlul, lalu menjawab: "Hai orang yang kurang cerdas, kita diciptakan bukan untuk bermain-main." "Lalu untuk apa kita diciptakan?" tanya Bahlul.Anak kecil itu menjawab, "Untuk belajar dan beribadah." Bahlul bertanya lagi, "Dari mana kamu memperoleh jawaban itu? Kiranya Allah memberkatimu".
Dia menjawab, "Dari firman Allah dalam QS Al-Mu'minun ayat 116, Apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakanmu untuk bermain-main dan bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?"
Kisah antara Bahlul dan seorang anak itu, memberikan pelajaran bagi siapa pun. Bahwa manusia diciptakan untuk belajar dan beribadah. Demikian pula halnya dengan kehidupan berkeluarga. Kita tentu semata-mata harus membangunnya di atas dasar koridor belajar dan beribadah kepada Allah.

Betul, kalau setiap anak itu butuh bermain dalam hidupnya. Namun, tentu bermain yang mengandung dan mengarahkan si anak kepada proses belajar membangun aktivitas beribadah kepada Allah SWT. Apalagi, saat ini di sekitar kita begitu banyak tersebar aneka fasilitas dan informasi bermain yang ditawarkan pada anak-anak. Yang kadangkala kalau orang tua tidak hati-hati, permainan itu tidak islami dan bisa merusak akidah anak kita.

Di sinilah, barangkali perlunya peran serta dan kemampuan pola kebijakan orang tua dalam memilih teman bermain anak-anaknya. Dan sebenarnya, inti dari belajar itu adalah berpikir dan bertindak. Bukankah, perilaku yang diperbuat oleh tiap manusia, semata-mata diawali dari sebuah niat dan pola pikir dalam hati dan akalnya. Untuk itu, tiap orang tua dituntut agar niat dan akal anak-anaknya harus ditata dan dibina dengan baik agar melahirkan perbuatan yang dapat menjadi bekal dan penyelamat dalam menyongsong masa depannya.

Jadi, berpikir dan bertindak ini jelas-jelas akan menjadi kunci keberhasilan dari apa-apa yang kita inginkan, termasuk dalam pembentukan keluarga sakinah. Dalam hal ini, Vernon Howard mengungkapkan, jika Anda lebih menginginkan keberhasilan, Anda dapat memilikinya. Masa depan Anda dapat menjadi lebih cerah daripada semua yang Anda inginkan. Karena cara berpikir Anda mencerminkan cara Anda bertindak. Dan cara Anda bertindak menentukan bagaimana masa depan yang akan terbentang di depan Anda.

Untuk itu, bangunlah setiap saat pola pikir dan tindakan anak-anak kita sesuai etika dan perilaku islami. Karena menurut John Kehoe, melalui pengulangan, pikiran menjadi terpusat dan terarah serta kemampuannya dapat berlipat ganda setiap saat. Semakin sering diulang, semakin banyak tenaga dan kekuatan yang terkumpul dan semakin siap untuk diwujudkan.
Akhirnya, tidak ada jalan lain untuk menyongsong hari esok, selain setiap anggota keluarga Muslim harus betul-betul menyadari bahwa dalam hidup ini, kita harus memperhatikan bekal-bekal apa saja yang telah dipersiapkan dan diperbuat bagi kehidupan di hari esok. Allah berfirman, "dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)" (QS. Al-Hasyr: 18). Wallahu a'lam.

( Arda Dinata )

BERPIKIR DAN BERTINDAK DEMI HARI ESOK

Republika, Senin, 29 Maret 2004


Jika Anda lebih menginginkan keberhasilan, Anda dapat memilikinya. Masa depan Anda dapat menjadi lebih cerah daripada semua yang Anda inginkan. Karena cara berpikir Anda mencerminkan cara Anda bertindak. Dan cara Anda bertindak menentukan bagaimana masa depan yang akan terbentang di depan Anda. (Vernon Howard).

Pada suatu hari Bahlul sedang berjalan-jalan di sebuah jalan di kota Basrah. Tiba-tiba, ia melihat anak-anak tengah bermain dengan buah kemiri dan pala. Namun, di sana ada seorang anak yang hanya menonton teman-temannya sambil menangis. Bahlul menghampirinya dan berkata dalam hati, "Anak ini bersedih karena tidak memiliki mainan seperti yang dimiliki oleh anak-anak yang lain." Kemudian Bahlul berkata kepadanya, "Anakku, mengapa kamu menangis? Maukah aku belikan buah kemiri dan pala, sehingga kamu dapat bermain dengan teman-temanmu?"
Anak itu menatap Bahlul, lalu menjawab: "Hai orang yang kurang cerdas, kita diciptakan bukan untuk bermain-main." "Lalu untuk apa kita diciptakan?" tanya Bahlul.Anak kecil itu menjawab, "Untuk belajar dan beribadah." Bahlul bertanya lagi, "Dari mana kamu memperoleh jawaban itu? Kiranya Allah memberkatimu".
Dia menjawab, "Dari firman Allah dalam QS Al-Mu'minun ayat 116, Apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakanmu untuk bermain-main dan bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?"

Kisah antara Bahlul dan seorang anak itu, memberikan pelajaran bagi siapa pun. Bahwa manusia diciptakan untuk belajar dan beribadah. Demikian pula halnya dengan kehidupan berkeluarga. Kita tentu semata-mata harus membangunnya di atas dasar koridor belajar dan beribadah kepada Allah.

Betul, kalau setiap anak itu butuh bermain dalam hidupnya. Namun, tentu bermain yang mengandung dan mengarahkan si anak kepada proses belajar membangun aktivitas beribadah kepada Allah SWT. Apalagi, saat ini di sekitar kita begitu banyak tersebar aneka fasilitas dan informasi bermain yang ditawarkan pada anak-anak. Yang kadangkala kalau orang tua tidak hati-hati, permainan itu tidak islami dan bisa merusak akidah anak kita.

Di sinilah, barangkali perlunya peran serta dan kemampuan pola kebijakan orang tua dalam memilih teman bermain anak-anaknya. Dan sebenarnya, inti dari belajar itu adalah berpikir dan bertindak. Bukankah, perilaku yang diperbuat oleh tiap manusia, semata-mata diawali dari sebuah niat dan pola pikir dalam hati dan akalnya. Untuk itu, tiap orang tua dituntut agar niat dan akal anak-anaknya harus ditata dan dibina dengan baik agar melahirkan perbuatan yang dapat menjadi bekal dan penyelamat dalam menyongsong masa depannya.

Jadi, berpikir dan bertindak ini jelas-jelas akan menjadi kunci keberhasilan dari apa-apa yang kita inginkan, termasuk dalam pembentukan keluarga sakinah. Dalam hal ini, Vernon Howard mengungkapkan, jika Anda lebih menginginkan keberhasilan, Anda dapat memilikinya. Masa depan Anda dapat menjadi lebih cerah daripada semua yang Anda inginkan. Karena cara berpikir Anda mencerminkan cara Anda bertindak. Dan cara Anda bertindak menentukan bagaimana masa depan yang akan terbentang di depan Anda.

Untuk itu, bangunlah setiap saat pola pikir dan tindakan anak-anak kita sesuai etika dan perilaku islami. Karena menurut John Kehoe, melalui pengulangan, pikiran menjadi terpusat dan terarah serta kemampuannya dapat berlipat ganda setiap saat. Semakin sering diulang, semakin banyak tenaga dan kekuatan yang terkumpul dan semakin siap untuk diwujudkan.
Akhirnya, tidak ada jalan lain untuk menyongsong hari esok, selain setiap anggota keluarga Muslim harus betul-betul menyadari bahwa dalam hidup ini, kita harus memperhatikan bekal-bekal apa saja yang telah dipersiapkan dan diperbuat bagi kehidupan di hari esok. Allah berfirman, "dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)" (QS. Al-Hasyr: 18). Wallahu a'lam.

( Arda Dinata )